Lombokeditor.com- Perhelatan MotoGP tahun ini sukses menarik perhatian ratusan ribu penonton, termasuk di antaranya dua tokoh besar dari Nusa Tenggara Barat (NTB, TGB Zainul Majdi, mantan Gubernur NTB dua periode, dan Dr. H. Zulkieflimansyah (Bang Zul), yang juga merupakan mantan Gubernur NTB periode 2018-2023 serta saat ini mencalonkan diri kembali sebagai Gubernur bersama pasangannya, Abah Uhel, mantan Ketua DPRD NTB sekaligus mantan Bupati Lombok Tengah dua periode.
Kehadiran dua tokoh besar ini di tribun penonton MotoGP tidak hanya menarik perhatian para penggemar balap motor, tetapi juga menciptakan atmosfir yang memanaskan sirkuit politik di NTB. Pada salah satu momen, TGB dan Bang Zul terlihat bersama-sama mengangkat dua jari—sebuah simbol yang diartikan oleh banyak orang sebagai bentuk dukungan terhadap pasangan calon gubernur-wakil gubernur nomor urut 2, Zul-Uhel.
Namun, tidak lama berselang, muncul sebuah kontroversi. Foto TGB yang awalnya menunjukkan pose mengangkat dua jari diedit oleh pihak yang diduga berasal dari internal pengikut atau murid TGB.
Foto yang telah diedit tersebut memperlihatkan TGB mengangkat satu jari, dan lebih jauh lagi, foto hasil editan ini kemudian dijadikan bahan berita di media Sinar Lima, milik NWDI, dengan tajuk “M. Samsul Qomar Tanggapi Foto TGB dan DZ di Sirkuit Mandalika: TGB Angkat 1 Jari, DZ Salam 2 Jari.”
Tindakan mengedit foto TGB dari dua jari menjadi satu jari ini menimbulkan kemarahan di kalangan pendukungnya. Mereka menganggap tindakan ini sebagai bentuk su’ul adab (kurang ajar) terhadap TGB, yang merupakan tokoh besar dan Ketua Umum PB NWDI.
Menggunakan gambar beliau sebagai alat politik dengan mengubah konteks yang sebenarnya dianggap sebagai perilaku tidak hormat dan berpotensi menyesatkan masyarakat.
Para pendukung TGB mengingatkan agar sikap takzim dan hormat kepada tokoh yang mereka anggap sebagai guru tidak hilang hanya karena ambisi dan kepentingan politik sesaat.
Mereka berharap agar pihak-pihak yang terlibat lebih mengutamakan etika dan menghentikan penyebaran informasi yang tidak benar.***