LOMBOKEDITOR.COM – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nusa Tenggara Barat mengelar Debat Pertama Calon Gubernur dan Wakil Gubernur di Hotel Lombok Raya Mataram Rabu (23/10) malam.
Ada hal menarik ketika Paslon Cagub-Cawagub nomor urut 2 yakni DR Zulkieflimansyah-HM Suhaili FT melakukan skakmat kepada Paslon nomor urut 3 Lalu Muhamad Iqbal-Indah Dhamayanti Putri (Iqbal-Dinda) ketika menyampaikan pandangan soal keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Saat itu Dinda menyampaikan pandangannya soal SMK, dimana Bupati Bima ini memberikan pandangannya jika lulusan SMK sebagai penyumbang pengangguran terbanyak, bahkan melebihi Sekolah Menengah Atas (SMA).
Dikatakan Dinda, keberadaan SMK memang sangat membantu sebagian besar wilayah kabupaten/kota yang masih terbatas jumlah SMU-nya. Akan tetapi NTB saat ini juga menghadapi suatu permasalahan yaitu kurang terciptanya lapangan pekerjaan bagi lulusan SMK yang ada.
Itu sebabnya Dinda menyampaikan solusi membuka lapangan kerja yang lebih baik dan lebih luas bagi seluruh anak muda khususnya lulusan SMU dan SMK.
Dinda menyebutkan, selanjutnya adalah beberapa perusahaan-perusahaan besar yang hadir berinvestasi di NTB diharapkan akan merekrut tenaga SMU dan SMK.
Harapannya adalah lulusan tersebut tidak perlu keluar daerah untuk mendapatkan lapangan pekerjaan.
Menurutnya, tentunya perumusan ini tidak hanya di tingkat provinsi, namun ada peran aktif dari kabupaten/kota sehingga permasalahan pengangguran bisa diselesaikan.
“Kita akan berusaha membuka lapangan kerja seluas-luasnya sehingga pengangguran yang disumbangkan dapat kita tuntaskan bersama,” begitu pandangannya.
Terhadap pendapat lulusan SMK sebagai penyumbang terbesar pengganguran Zulkieflimansyah mengatakan itu pendapat yang keliru dan Paslon Iqbal-Dinda sepertinya tidak mengupdate data tentanf apa yang telah dicapai SMK NTB hingga saat ini.
Bang Zul menyebut perkembangan SMK di NTB bahwa 34 persen telah mencapai Sekolah Menengah Kejuruan Badan Layanan Umum Daerah (SMK BLUD). Angka itu merupakan yang tertinggi di Indonesia.
“Dan ini dijadikan contoh oleh pemerintah pusat kepada daerah-daerah lain untuk belajar di SMK kita. Ada misleading yang menyatakan SMK kita menyumbang pengangguran terbesar, padahal itu salah interpretasi. Pengangguran dari lulusan SMK sedikit sekali, kurang 2 persen,” tegas Bang Zul.
Namun Lalu Iqbal tidak puas dengan pernyataan ini dan tetap menyatakan bahwa revitalisasi SMA/SMK sebagai jalan terbaik dalam mengatasi problem SMK sebagai penyumbang pengangguran meskipun bukan yang terbesar.
Iqbal bahkan mengaku memiliki jaringan internasional untuk membantu pemetaan kebutuhan SMK.
“Berdasarkan kebutuhan itu kemudian melakukan revitalisasi tidak hanya menggunakan APBD tapi kita juga menggunakan sumber-sumber pembiayaan alternatif,” nilai Iqbal.
Sehingga setiap lulusan SMK nantinya sudah tahu ke mana mereka akan bekerja.
Terhadap pendapat Iqbal ini Suhaili Fadhil Tohir menilai sangat normatif dan baru berupa wacana. Dan pendapat soal SMK NTB masih bermasalah karena menjadi penyumbang pengangguran juga sebagai sebagai hal keliru.
Pasalnya program peningkatan kualitas SMK NTB sudah dilakukan sejak periode sebelumnya dibawah kepemimpinan Bang Zul, bahkan daerah NTB menjadi SMK yang paling banyak menerapkan BLUD.
“Apa yang disampaikan normatif sekali, karena sesungguhnya Zul-Uhel khususnya Bang Zul tidak lagi wacana dan rencana, dia sudah buktikan sebelumnya, karena banyak SMK yang sudah BLUD,” tegas Abah Uhel.
Mantan Bupati Lombok Tengah dua periode itu juga mengatakan lulusan SMK pada saat era Bang Zul paling sedikit menjadi pengangguran, sehingga program ini akan terus dipertahankan.
“Output SMK di Nusa Tenggara Barat terbaik di Indonesia,” kata Abah Uhel.
Buktinya lulusan SMK NTB sudah ditunggu kelulusannya oleh perusahaan dalam maupun luar daerah, bahkan luar negeri. Bisa dicek ke setiap SMK unggulan dan non unggulan, dimana saja lulusan mereka bekerja saat ini.
Jika pun ada data tamatan SMK yang belum bekerja, itu dikarenakan mereka melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi lagi, namun data yang masuk disebut belum bekerja. ***